14 December 2009

Pengelolaan Lingkungan pada Kegiatan Industri

Environmental Management in Industrial Activities

Industri tak bisa dipungkiri masih merupakan tulang punggung perekonomian bagi banyak daerah di Indonesia, tak terkecuali daerah Bandung dan sekitarnya.
Industri (terutama tekstil) banyak terkonsentrasi di Kabupaten Bandung, Kab. Bandung Barat dan Kota Cimahi dengan letak yang sangat strategis dari sisi ekonomi, yaitu terletak di dekat sungai dan anak sungai.
Sungguh sangat strategis letak industri tersebut dikarenakan mereka dapat dengan mudah membuang limbah mereka ke saluran alami yang berada dekat di belakangnya.... yah sungai lah saluran pembuangan limbah mereka itu.

Semakin celaka lagi... Sungai di sekeliling industri tersebut merupakan sungai besar (setidaknya untuk ukuran sungai di Pulau Jawa), yaitu Sungai Citarum yang membentang dari Gunung Wayang (Kab. Bandung) dan bermuara di Laut jawa (Kab. Karawang) dengan 3 waduk vital di alirannya; Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk jatiluhur.
Fungsi penting DAS Sungai Citarum tersebut, baik sebagai air irigasi maupun sebagai fungsi pembangkit listrik pada waduknya, sungguh tidak tercermin dari "proteksi" yang diberikan baginya. Malah ratusan industri berjejer berada di sepanjang aliran Sungai Citarum tersebut, mulai dari daerah Majalaya Kab.Bandung - Kab. Bandung Barat - Kota Cimahi - Kab. Purwakarta - Kab. Karawang dan tak terkecuali Kota Bandung pada anak sungainya.

Ironi memang, limbah dari ratusan industri tersebut menggelontor tiap harinya ke badan sungai. Memang, beberapa industri memiliki dokumen lingkungan (AMDAL, UKL/UPL) dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), tetapi tidak semuanya menjalankan "aturan main" dengan benar, dan tentu saja masih banyak industri yang bahkan tidak memiliki IPAL padahal dia membuang limbah cair yang berbahaya ke sungai.

Seringkali IPAL dipandang sebagai barang yang mahal, bukan sebagai investasi yang harus dilakukan perusahaan demi kelangsungan usahanya. Padahal kelangsungan suatu usaha bukan hanya dapat dilihat dari aspek ekonomi semata, tetapi aspek lingkungan yang dianggap sepele dapat menjadi bumerang yang dapat merontokkan usaha dalam sekejap.

Penegakan hukum dari instansi berwenang yang kita harapkan, tetapi apakah hanya sebatas itu yang bisa kita lakukan? how to make industry consider environment as a major concern in their activities?

Bukan suatu hal mustahil bila industri melakukan pengelolaan lingkungannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tinggi demi tercapainya kualitas lingkungan yang baik, tetapi saat ini barangkali kontrol ketat dari berbagai pihak (terutama masyarakat sekitar) merupakan hal pokok yang harus dilakukan, karena kita tidak bisa hanya bergantung pada kinerja aparat hukum atau instansi berwenang yang ada. Apalagi adanya Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan, memberikan perlindungan bagi masyarakat dalam melakukan gugatan terhadap pelaku pencemaran lingkungan.

Sungguh nyaman tinggal di sekitar aliran sungai bila industri di sekitarnya memiliki IPAL dan melakukan pengelolaan lingkungan yang baik, dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi.


Read More.....

27 June 2009

Analisis Agroekosistem Talun

Agroecosystem Analysis: "Talun"

Analisis agroekosistem talun
Agroekosistem, agroecosystem, talun


Read More.....

26 June 2008

Daya Dukung Lingkungan Dalam Perencanaan Kawasan Wisata

Carrying Capacity in Planning Tourism Area

Pariwisata merupakan industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik-buruknya lingkungan. Ia sangat peka terhadap kerusakan lingkungan, misalnya pencemaran oleh limbah domestik yang berbau dan nampak kotor, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan oleh penebangan hutan, gulma air di danau, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah.

Tanpa lingkungan yang baik tak mungkinlah pariwisata berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memerhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual. Asas pengelolaan lingkungan untuk melestarikan kemampuan lingkungan dalam mendukung pembangunan yang terlanjutkan bukanlah merupakan hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek.

Suatu daerah wisata mempunyai kemampuan tertentu untuk menerima wisatawan, yaitu disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan di bidang pariwisata dapat dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu. Tetapi baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan, karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu tidak merata.

Seringkali wisatawan mengelompok di tempat dan waktu tertentu. Misalnya, di daerah Puncak Cipanas, konsentrasi wisatawan adalah Riung Gunung, sekitar Telaga Warna, Hotel Puncak Pass, dan Kebun Raya Cibodas. Menurut waktu, konsentrasi wisatawan terdapat pada hari Minggu dan hari libur lain. Karena itu daya dukung lingkungan daerah wisatawan Puncak-Cipanas tidak dapat dihitung berdasarkan rata-rata luas daerah antara Cibulan dan Cipanas dan rata-rata setiap bulan atau tahun, melainkan harus memperhatikan tiap lokasi dan waktu yang penting. Misalnya, apabila jumlah wisatawan dihitung per tahun akan terdapat angka yang jauh di bawah daya dukung lingkungan. Tetapi bila dihitung jumlah wisatawan per hari Minggu, akan didapatkan angka yang tinggi yang sebenarnya mungkin telah melampaui daya dukung.

Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Tujuan pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi. Rekreasi tidak hanya berarti bersenang-senang, melainkan harus diartikan sebagai re-kreasi, yaitu secara harfiah berarti diciptakan kembali. Jadi dengan re-kreasi itu orang ingin menciptakan kembali atau memulihkan kekuatan dirinya, baik fisik maupun spiritual. Setelah berekreasi orang merasa dirinya pulih untuk melakukan tugasnya lagi. Karena itu tujuan rekreasi bermacam-macam, antara lain bermain-main, berolah-raga, belajar, beristirahat atau kombinasi macam-macam tujuan itu. Walaupun tujuannya bermacam-macam, tetapi semuanya mempunyai sifat umum yang sama, yaitu dilakukan di luar tugas pekerjaan untuk mendapatkan hiburan.

Hiburan inilah yang merupakan faktor utama dalam penciptaan kembali diri orang.
Dengan adanya tujuan khusus, disamping ingin mendapatkan hiburan, wisatawan tentulah mengharapkan untuk mencapai tujuan khusus itu. Harapan itu akan menciptakan suatu kondisi psikologi tertentu pada wisatawan. Karena itu daya dukung lingkungan berkaitan dengan faktor psikologi tujuan pariwisata tertentu. Misalnya, di pantai untuk bermain-main, beribu orang wisatawan merasa senang-senang saja berjemur diri sangat berdekatan satu sama lain. Jika tidak banyak wisatawan mereka merasa kesunyian. Akan tetapi bila orang pergi ke pantai dengan tujuan untuk berolah-raga, mereka merasa terganggu jika ada terlalu banyak orang. Orang yang ingin beristirahat dengan mencari keheningan dan hawa sejuk di pegunungan akan merasa kesal, bahkan merasa rekreasinya gagal, bila di tempat itu banyak orang dan hiruk pikuk dengan kebisingan kendaraan.

Dengan demikian daya dukung lingkungan pariwisata berbeda-beda menurut tujuan pariwisata itu. Pada umumnya daya dukung itu berturut-turut dari yang tinggi ke yang rendah ialah tempat hiburan, olah raga, belajar dan istirahat. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasar atas tujuan pariwisata.

Faktor biofisik yang memengaruhi kuat atau rapuhnya suatu ekosistem akan sangat menentukan besar-kecilnya daya dukung tempat wisata tersebut. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dan dapat cepat pulih dari kerusakan (sensitivitas rendah, resiliensi tinggi). Ekosistem demikian pada umumnya terdapat di ketinggian di atas laut yang rendah, yang datar atau landai, suhu yang tinggi dan tanah yang subur, misalnya sebuah hutan wisata di dataran aluvial Jawa bagian utara. Karena tanahnya datar atau landai, tidak mudah terjadi erosi dan jika terjadi kerusakan, pohon-pohon dengan cepat dapat tumbuh kembali, karena tanah yang subur dan suhu yang tinggi.

Sebaliknya ekosistem kawah di pegunungan yang tinggi, merupakan contoh daerah wisata yang mempunyai daya dukung rendah, misalnya Kawah Papandayan dan Kawah Ciwidey di Jawa Barat. Suhu yang rendah, tanah yang tidak subur dan adanya gas yang beracun, antara lain uap belerang, menjadikan ekosistem itu rapuh. Jika terjadi kerusakan, pohon dan tumbuhan lain akan pulih dengan sangat perlahan-lahan karena suhu yang rendah, tanah yang tak subur dan gas yang beracun. Jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di tempat itu pun sangat terbatas, yaitu yang amat khas Vaccinium dan paku-pakuan Heliopteris incisa dan Seguea feei. Jumlah wisata ke daerah semcam ini harus dibatasi dan diadakan pengawasan yang ketat.

Daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi oleh luas dan volume badan air itu dan gerak air. Misalnya, sebuah danau yang luas, dalam, pencampuran air yang baik dan pergantian air yang cepat mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada danau yang sempit, dangkal, airnya tenang dan mengalami penggantian air yang pelan. Hal ini disebabkan karena di danau dengan volume air yang besar yang tercampur oleh gelombang atau arus dan cepat diganti, zat pencemar akan mengalami pengenceran dan terbawa keluar danau oleh adanya aliran keluar. Danau Toba di Sumatera Utara misalnya, mempunyai daya dukung yang lebih tinggi daripada Danau Sarangan di Madiun. Danau Tiga Warna Kelimutu di Flores, dapat diperkirakan mempunyai daya dukung yang rendah.

Uraian di atas hanyalah bersifat umum. Kondisi lokal dapat menyebabkan penyimpangan dari gambaran umum itu. Di teluk yang tenang daya dukung akan lebih kecil daripada keadaan umum di danau yang besar atau pantai yang gelombangnya besar.
Terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh, mudah mengalami kerusakan dan proses pemulihannya sangat lambat. Karena itu pengelolaan terumbu karang untuk pariwisata harus dilakukan dengan baik, antara lain pelarangan penangkapan ikan dan pengambilan karang, serta pencegahan erosi dan pencemaran. Jumlah wisatawan dibatasi sampai pada batas daya dukung.

Faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung lingkungan bukan hanya faktor alamiah, melainkan juga faktor buatan manusia. Misalnya, adanya perkampungan penduduk di dekat lokasi pariwisata yang limbahnya terbuang langsung atau terbawa oleh arus ke lokasi itu akan menurunkan daya dukung lingkungan pariwisata tersebut. Contohnya adalah Pantai Pede di Flores Barat yang direncanakan sebagai tempat pariwisata yang akan mendukung pariwisata di Taman Nasional Komodo. Pantai Pede terletak dekat kota kecamatan Labuhanbajo. Dari pertumbuhan rumput laut di Pantai Pede dapat diperkirakan telah terjadi penyuburan air dari limbah domestik Labuhanbajo. Karena itu untuk menghindari penyuburan yang berlebih jumlah wisatawan yang dapat ditampung akan terbatas.

Sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Misalnya jalan dari Ciawi ke Puncak dan Cipanas sering mengalami kemacetan, terutama pada hari Minggu dan libur lainnya. Kemacetan itu dapat sampai berjam-jam sehingga menimbulkan kekesalan dan kekecewaan wisatawan, apalagi wisatawan luar negeri yang waktunya terbatas. Karena itu sebenarnya jumlah wisatawan pada hari libur telah melampaui daya dukung lingkungan.

Daya dukung lingkungan tidak cukup hanya dilihat dari sarana pelayanan wisatawan, melainkan juga harus dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu. Dengan mengambil contoh antara Megamendung dan Puncak telah nampak adanya petunjuk kemampuan lingkungan itu telah atau hampir terlampui. Misalnya, rumah peristirahatan dibangun sampai ke daerah yang tinggi sekali dan yang berlereng curam, serta telah makin berkurangnya luas hutan merupakan petunjuk itu. Hal serupa kita lihat di daerah antara Cimacan dan Cibodas. Karena itu sarana pelayanan kebutuhan wisatawan tidak dapat ditambah terus dengan naiknya jumlah wisatawan. Hal ini berarti jumlah wisatawan harus dibatasi, sesuai dengan daya dukungnya.

Pembatasan jumlah wisatawan akan membawa masalah, karena masalah itu sukar untuk dibendung dan pembendungan itu akan menghambat laju ekonomi. Masalah ini dapat diatasi dengan mengidentifikasi daerah lain yang mempunyai potensi untuk memberikan jenis rekreasi yang serupa dengan yang ada di daerah Puncak. Daerah yang potensial adalah di kompleks Gunung Salak dekat Bogor untuk wisatawan dari Jakarta – Bogor, dan untuk wisatawan dari Bandung cagar alam Gunung Tilu, Gunung Kamojang dan Gunung Papandayan yang letaknya dekat Bandung. Pengembangan daerah itu akan dapat menyalurkan sebagian wisatawan ke daerah itu dan dengan demikian mengurangi tekanan wisatawan di daerah Megamendung – Puncak – Cipanas.

Jelaslah perencanaan pariwisata yang tidak memerhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu.

Pengembangan pariwisata memungkinkan munculnya konflik-konflik, misalnya pada satu pihak orang ingin adanya keaslian alamiah, tetapi pada lain pihak dikehendaki adanya sarana hotel dan parkir. Konflik tersebut dapat dikurangi atau bahkan diatasi, dengan perencanaan zonasi yang matang. Masing-masing zone diberi peruntukan tertentu dan diletakkan demikian rupa, agar fungsi utama obyek wisata tidak rusak dan kepentingan umum tidak terganggu.

Misalnya pengembangan pariwisata di daerah pegunungan. Daerah bukit sampai ketinggian tertentu dan lereng yang curam merupakan zone yang diperuntukkan bagi hutan dan taman, sehingga sumber daya tanah dan air dapat terlindungi. Sebagian hutan dapat dikembangkan menjadi hutan wisata dengan sarana untuk lintas alam dan perkemahan. Beberapa tempat disisihkan pula untuk rekreasi yang dapat memberikan kesejukan dan keheningan alam. Di ketinggian yang lebih rendah yang tanahnya datar atau landai, yang mempunyai daya dukung yang lebih tinggi, dapat dikembangkan pariwisata yang intensif: hotel, bungalow, tempat hiburan dan lain-lain.

Dengan zonasi yang baik dan yang ditaati, keanekaan dapat dipelihara, sehingga orang dapat memilih rekreasi apa yang diinginkan. Hutan dengan flora dan faunanya dapat terlindungi serta fungsi hidro-orologi hutan dapat terlaksana. Keindahan alam dapat terjaga dan pencemaran dapat dihindari. Jelaslah masalahnya bukanlah pariwisata atau perlindungan lingkungan, melainkan pariwisata dan perlindungan lingkungan yang berdampingan secara harmonis. Syarat utama untuk dapat terlaksananya zonasi adalah untuk mengekang diri dan menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.


SUMBER/PUSTAKA:
Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Ketujuh (Edisi Revisi). Penerbit Djambatan. Jakarta.

Read More.....

24 June 2008

Konsep Daya Dukung Lingkungan

Concept of Carrying Capacity

Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.

Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar (Soemarwoto, 1997). Daya dukung itu menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada biomas (bahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan.

Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu daya dukung maksimum, daya dukung subsisten, daya dukung optimum, dan daya dukung suboptimum.

Daya dukung maksimum menunjukkan jumlah maksimum hewan yang dapat didukung per satuan luas lahan. Dengan jumlah hewan yang maksimum, makanan sebenarnya tidak cukup. Walaupun hewan itu masih hidup, tetapi hewan itu tidak sehat, kurus, dan lemah serta mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Padang penggembalaan akan mengalami kerusakan, karena menjadi padat terinjak-injak; rumput dan tumbuhan lain termakan lebih cepat daripada kemampuan regenerasi. Secara umum lingkungan menjadi rusak dan apabila berjalan terlalu lama, kerusakan itu akan bersifat takterbalikkan.

Pada daya dukung subsisten jumlah hewan agak kurang. Persediaan makanan lebih banyak, tetapi masih pas-pasan. Hewan mash kurus dan ada dalam ambang batas antara sehat dan lemah. Mereka masih mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Lingkungan juga masih mengalami kerusakan.

Pada daya dukung optimum, jumlah hewan lebih rendah dan terdapat keseimbangan yang baik antara jumlah hewan dan persediaan makanan. Kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain seimbang dengan kecepatan regenerasi tumbuhan itu. Kondisi tubuh hewan baik: gemuk, kuat dan sehat. Hewan itu tidak mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Lingkungan tidak mengalami kerusakan.

Pada daya dukung suboptimum jumlah hewan lebih rendah lagi. Persediaan makanan melebihi yang diperlukan. Karena itu kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain lebih kecil daripada kecepatan pertumbuhan. Akibatnya batang rumput dan tumbuhan lain mengayu dan menjadi keras. Mutu padang penggembalaan menurun. Jadi sebenarnya terjadi pula kerusakan. Pada umumnya kerusakan itu bersifat terbalikkan.

Pengelolaan lingkungan mengusahakan untuk mendapatkan populasi hewan pada atau dekat pada daya dukung optimum.

Dilampauinya batas daya dukung akan menyebabkan keambrukan kehidupan, karena tidak tersedianya sumber daya, hilangnya kemampuan degradasi limbah, meningkatnya pencemaran dan timbulnya gejolak sosial yang merusak struktur dan fungsi tatanan masyarakat.

SUMBER/PUSTAKA:
Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Ketujuh (Edisi Revisi). Penerbit Djambatan. Jakarta.

Read More.....

Global Warming

Isu Global Warming atau Pemanasan Global makin mencuat saat ini, akan tetapi informasi cerdas mengenai hal tersebut tidaklah mudah didapatkan setiap orang.
Berikut ada buku gratis dan bagus tentang global warming, silahkan download....


Download Disini

Buku atau artikel gratis lain seputar pemanasan global, energi dan transportasi, dapat liat di www.pelangi.or.id

Read More.....